Sebanyak 27 tenaga kesehatan Indonesia telah menyelesaikan International Training Course on Medical Imaging yang berlangsung pada tanggal 8–28 September 2025 di Beijing, Changzhou, dan Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok.Pelatihan ini merupakan hasil kerja sama Kementerian Kesehatan RI dengan Komisi Kesehatan Nasional RRT, difasilitasi Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta. Program ini menghadirkan rangkaian kuliah, diskusi, serta praktik langsung mengenai teknologi pencitraan medis terkini, termasuk CT-Scan, MRI, kedokteran nuklir, radioterapi, dan pemanfaatan artificial intelligence untuk diagnosis klinis.Selain memperoleh pengetahuan dari para pakar di RS Union Beijing dan RS Zhongshan Universitas Fudan, peserta juga berkesempatan mengunjungi pabrik United Imaging di Changzhou dan Shanghai untuk mempelajari proses manufaktur, inovasi teknologi radiologi, hingga sistem pemeliharaan peralatan.Peserta pelatihan terdiri dari dokter spesialis radiologi, radiografer, teknisi elektromedik, serta dosen Politeknik Kesehatan yang berasal dari berbagai rumah sakit vertikal Kemenkes dan perguruan tinggi kesehatan. Setelah kembali ke tanah air, seluruh peserta diharapkan dapat menularkan ilmu dan pengalaman melalui kegiatan knowledge sharing di unit kerja masing-masing, sehingga manfaat pelatihan ini dapat dirasakan secara lebih luas.Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, menyampaikan apresiasi kepada para peserta atas partisipasi aktif dan dedikasi selama pelatihan. “Saudara-saudara bukan hanya memperoleh ilmu, tetapi juga membawa pulang praktik terbaik untuk memperkuat layanan radiologi di Indonesia. Saya minta hasil pembelajaran ini dibagikan dan diimplementasikan demi peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan,” ujarnya.Kegiatan ini menjadi bagian penting dari agenda Transformasi Sistem Kesehatan, khususnya pilar penguatan layanan rujukan dan peningkatan kompetensi SDM kesehatan, dengan harapan layanan radiologi di Indonesia semakin modern, berkualitas, dan berdaya saing global.
Jakarta (17–18 September 2025) – Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur selaku pengelola Kementerian Kesehatan Corporate University bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) menyelenggarakan Pelatihan Diplomasi Kesehatan Global Batch 2 di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta. Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas strategis pimpinan dan pejabat Kemenkes dalam memahami dinamika diplomasi kesehatan internasional, sekaligus meningkatkan kemampuan negosiasi dan kerja sama lintas negara.Dalam sambutannya, Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, KEMD., Ph.D menegaskan bahwa diplomasi kesehatan bukan sekadar bagian dari kebijakan luar negeri, tetapi menjadi instrumen penting dalam menentukan masa depan kesehatan bangsa.“Setiap ASN Kemenkes adalah diplomat kesehatan Indonesia. Anda mewakili bangsa ini dalam setiap diskusi dan kolaborasi lintas negara,” ujar Wamenkes. “Pelatihan ini bukan sekadar teori, tetapi latihan nyata untuk membentuk ASN yang berani bicara, cerdas bernegosiasi, dan mampu membawa kepentingan nasional ke kancah global.”Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh 23 peserta, terdiri dari pimpinan unit, Project Management Office (PMO), dan ketua tim kerja dari berbagai unit utama di lingkungan Kementerian Kesehatan. Para peserta memperoleh pembekalan materi dari berbagai narasumber nasional dan internasional, antara lain Daniel Blockert (Duta Besar Swedia untuk Indonesia), Dr. Ahmed Razavi (UKHSA – IHR Strengthening Project Lead, Southeast Asia), Prof. Tjandra Yoga Aditama (Direktur Pascasarjana Universitas YARSI), dan Mr. Lluis Vinals Torres (WHO Regional Office for the Western Pacific).Berbagai materi yang dibawakan meliputi topik kerja sama multilateral dan bilateral, strategi komunikasi diplomatik, penyusunan draft position paper hingga simulasi perundingan internasional melalui kegiatan role play pada pertemuan WHO/ASEAN. Berbagai sesi materi membahas topik mulai dari kerja sama multilateral dan bilateral, public speaking and diplomatic communication, hingga simulasi perundingan internasional. Melalui simulasi ini, peserta berlatih menyusun position paper dan menyampaikan intervention statement sebagaimana praktik diplomasi di forum WHO atau ASEAN.Melalui kegiatan ini, peserta tidak hanya memperdalam pemahaman konsep diplomasi kesehatan, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir strategis, negosiasi, komunikasi diplomatik, serta etika representasi internasional. Kolaborasi antara Kemenkes dan WHO ini menjadi wujud nyata sinergi lintas lembaga dalam membangun kapasitas sumber daya manusia kesehatan yang adaptif terhadap tantangan global serta memperkuat posisi Indonesia dalam tata kelola kesehatan global (global health governance).
Kementerian Kesehatan melalui Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur telah menyelesaikan Pelatihan Managerial Leader Batch III Tahun 2025. Program ini berlangsung sejak 22 Juli hingga 19 September 2025 dengan metode blended learning dan diikuti oleh 31 talenta dari berbagai unit kerja Kemenkes.Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas manajerial dan kepemimpinan ASN Kemenkes, khususnya dalam mempersiapkan talenta muda sebagai calon pemimpin masa depan. Rangkaian kegiatan mencakup self learning melalui platform digital, distance learning, experiential learning, hingga pembelajaran klasikal berupa materi, benchmarking, mentoring, dan sesi Leader’s Talk dari para pemimpin inspiratif.Kegiatan ditutup secara resmi pada Jumat, 19 September 2025 di Auditorium Garuda BBPK Jakarta. Dalam sambutannya, Sekretaris Jenderal Kemenkes menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai bagian dari agenda Transformasi Kesehatan, khususnya dalam membangun ASN yang adaptif, kolaboratif, dan berorientasi hasil.Dengan selesainya Batch III, para alumni diharapkan dapat menerapkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh untuk meningkatkan kinerja, memperkuat manajemen organisasi, serta menjadi motor penggerak perubahan di unit kerja masing-masing
Bekasi – Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggelar Pertemuan Humas Kesehatan untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi dalam menyebarkan informasi kesehatan yang akurat dan mudah dipahami masyarakat.Acara yang mengusung tema “Komunikasi Krisis: Antara Peluang dan Tantangan” ini diadakan secara hybrid dan dihadiri oleh para pejabat humas, fungsional pranata humas, serta pengelola kehumasan dari unit kerja Kemenkes di seluruh Indonesia.Peran Penting Humas di Tengah KrisisKepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran humas dalam menghadapi berbagai krisis komunikasi. “Kita telah berjibaku dengan berbagai krisis komunikasi, mulai dari kebingungan informasi pandemi, tantangan edukasi vaksin, hingga narasi kontraproduktif. Setiap kejadian menguji kesiapan, ketangguhan, dan kecepatan respons kita,” ujarnya (24/9).Lebih dari sekadar forum diskusi, Aji berharap pertemuan ini menjadi “laboratorium strategi” untuk membangun ketahanan kesehatan nasional. Ia juga berharap acara ini dapat meningkatkan pemahaman serta kemampuan humas dalam menangani krisis secara mandiri melalui gerakan kolektif.Strategi dan Praktik Komunikasi KrisisAcara ini menghadirkan serangkaian narasumber ahli yang membagikan wawasan mendalam seputar komunikasi krisis.Andi Muslim, dari Kementerian Komunikasi dan Digital, membahas tentang “Mitigasi Komunikasi Krisis: Mengenali dan Mendeteksi Potensi Krisis”. Ia menekankan pentingnya pemetaan dan penanganan komunikasi krisis yang efektif di era digital.Ujang Komarudin, dari Badan Komunikasi Pemerintah, memaparkan “Praktik Baik Pengelolaan Komunikasi Saat Krisis”. Ia juga mengingatkan peserta tentang berbagai tantangan yang dihadapi dalam komunikasi publik dan strategi untuk mengelolanya.Fachrudin Ali Ahmad, Ketua IPRAHUMAS periode 2025–2027, memperkenalkan peran strategis organisasinya dalam memperkuat komunikasi publik humas pemerintah.Jojo S. Nugroho, seorang praktisi kehumasan, membagikan pengalamannya melalui berbagai studi kasus dan strategi respons krisis, salah satunya dengan rumus “Golden Hours Crisis Handling”.Keseimbangan Kerja dan Kesehatan MentalDi penghujung acara, peserta diajak untuk meresapi sesi yang berbeda. Silvani Dianita Sitorus, seorang Pranata Humas Ahli Madya dan Psikolog Klinis, membawakan materi “The Power of Presence: Seni Mindfulness untuk Meningkatkan Produktivitas”.Silvani menjelaskan cara memahami mindfulness dan kehadiran penuh dalam produktivitas kerja, serta pengaruhnya terhadap kesehatan mental. Ia juga mempraktekkan cara memelihara kesehatan mental bersama peserta, memberikan jeda yang menenangkan setelah serangkaian materi padat.Melalui perpaduan teori, studi kasus, hingga sesi mindfulness, diharapkan seluruh peserta dapat pulang dengan bekal pemahaman yang lebih komprehensif dalam mengelola komunikasi krisis secara efektif. (YA)
Unduh Pengumuman
Disini anda dapat mengunduh laporan pemantauan harian berpotensi kejadian Krisis Kesehatan tanggal 26 September 2025 Lihat Laporan Pemantauan Harian Pusat Krisis Kesehatan 26 September 2025