Kabupaten Flores Timur, 3 November 2024
Pada tanggal 3 November 2024, Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengalami erupsi yang mengakibatkan dampak signifikan terhadap masyarakat di wilayah Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura. Tercatat 9 korban meninggal dunia, 67 korban luka berat dan lebih dari 10.000 orang mengungsi.
Bupati Flores Timur mengeluarkan surat keputusan penetapan status tanggap darurat bencana alam erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki melalui Keputusan Bupati Flores Timur Nomor BPBD.300.2.2.5/020/BID.KL/IX/2024 tanggal 4 November 2024. Masa tanggap darurat berlaku selama 58 hari, terhitung sejak 4 November 2024 hingga 31 Desember 2024
Merespons penetapan tanggap darurat bencana ini, pada tanggal 4 November 2024 Pusat Krisis Kesehatan segera mengirimkan tenaga manajemen penanggulangan krisis kesehatan untuk melakukan pendampingan aktivasi Klaster Kesehatan, menyusul penetapan status tanggap darurat oleh Bupati Flores Timur. Aktivasi Klaster Kesehatan dilakukan guna memastikan pelayanan bagi kesehatan masyarakat terdampak berjalan optimal.
Dalam rangka respons cepat membantu pelayanan medis bagi korban erupsi di pengungsian, pada tanggal 14 November 2024, Pusat Krisis Kesehatan memobilisasi TCK-EMT Type 1 Mobile. Pelayanan medis TCK–EMT Type 1 Mobile dilakukan di beberapa lokasi pengungsian seperti pengungsian Bokang, Lewoingu, Ilegerong, Konga dan Kobasoma. Kapasitas TCK-EMT Type 1 Mobile yang dikirim mampu melakukan pelayanan medis dasar rawat jalan dan kegawatdaruratan, mampu melakukan stabilisasi dan rujukan pasien, serta mampu melayani minimal 50 pasien dengan durasi layanan 8 jam per hari setara dengan Puskesmas Keliling.
Mobilisasi TCK-EMT Type 1 Mobile untuk membantu pelayanan medis pada bencana erupsi ini menjadi bukti nyata bahwa program TCK mampu merespons kedaruratan dengan cepat dan tepat. Serangkaian pembinaan yang diberikan kepada TCK pada masa pra bencana melalui program TCK, terbukti mampu menyiapkan SDM yang kompeten dan siap dimobilisasi kapan pun dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan tujuan transformasi sistem kesehatan, yaitu membangun sistem kesehatan yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai ancaman kesehatan melalui pengembangan sumber daya manusia untuk penanganan darurat kesehatan.