Kalahkan 278 Tim dari 10 Negara Inilah 3 Juara Indonesia Healthcare AI Hackathon 2025

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI secara resmi mengumumkan tiga tim pemenang Indonesia Healthcare AI Hackathon (IHAH) 2025, sebuah kompetisi inovasi yang bertujuan mencari solusi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk tantangan kesehatan prioritas di Indonesia. Pengumuman ini menjadi puncak dari serangkaian proses seleksi ketat yang melibatkan 278 tim pendaftar dari 10 negara dan diselenggarakan pada acara puncak perayaan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61, Health Innovation Festival (HAI Fest) 2025, di Balai Kartini, Jakarta (8/12).Antusiasme luar biasa mewarnai gelaran IHAH 2025, yang berhasil menarik partisipasi dari 278 tim pendaftar dari 10 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Tiongkok, Taiwan, Australia, Jerman, Swedia, hingga Kanada. Setelah proses kurasi yang ketat terhadap ratusan ide yang masuk, 23 tim berhasil melangkah ke tahap final, hadir dengan solusi AI yang menargetkan lima isu prioritas nasional di sektor kesehatan. Para finalis ini kemudian memasuki tahap coaching intensif dan hacking session, didampingi oleh para coach dan expert, untuk memperkuat konsep dan strategi mereka. Dari 23 tim tersebut, 5 finalis terbaik berhasil lolos untuk mengikuti sesi coaching intensive dan melanjutkan ke babak final, yaitu Mosaik, GroundSight AI, Satu Sehat Connect, Curalis, dan Heartelligence.Tahap krusial babak penjurian akhir bagi 5 tim finalis tersebut digelar sebagai bagian dari gelaran HAI Fest 2025 pada 8 Desember 2025 di Balai Kartini Jakarta. Dalam sesi tersebut, para finalis memaparkan ide dan inovasi mereka langsung ke hadapan Menteri Kesehatan RI, Budi G. Sadikin yang bertugas sebagai juri.Serta sejumlah dewan juri lainnya yang merupakan akademisi di bidang kesehatan serta mitra implementasi Kemenkes RI. Mereka terdiri dari Rifat Atun (Harvard University), Pandu Riono (Universitas Indonesia), Muhamad Yopan (AWS Indonesia), Bambang Riyanto Trilaksono (Institut Teknologi Bandung), Martijn Peeters (PwC Consulting Indonesia), dan Melisa Irene (East Ventures).Setelah melalui penilaian mendalam, dewan juri menetapkan tiga tim terbaik sebagai pemenang Indonesia Healthcare AI Hackathon 2025, yaitu Satu Sehat Connect (inovasi untuk penyakit stroke), Heartelligence (inovasi untuk penyakit kardiovaskular), dan Curalis (inovasi untuk penyakit diabetes).Ketiga tim pemenang ini akan melanjutkan perjalanan inovasinya melalui proses integrasi ke SATUSEHAT melalui Sandbox Kesehatan Kemenkes RI. Mereka juga mendapatkan akses penuh ke dukungan dari funding network dan expert pools untuk mengembangkan Minimum Viable Product (MVP), serta melewati evaluation framework dan integrasi kebijakan agar solusi terpilih dapat scale-up dan diimplementasikan secara nyata di berbagai layanan kesehatan di Indonesia.

Kemenkes dan WHO Bahas Pembaruan Metodologi SDG 3.8.2 untuk Perkuat Perlindungan Finansial

Jakarta, 28–29 Oktober 2025 – Kementerian Kesehatan melalui Pusat Pembiayaan Kesehatan bekerja sama dengan World Health Organization (WHO) menyelenggarakan Workshop Pembaruan Metodologi Indikator SDG 3.8.2 di Gama Tower, Jakarta. Kegiatan ini menjadi forum strategis untuk menyamakan pemahaman lintas lembaga terkait metode baru pengukuran perlindungan finansial masyarakat dalam sistem kesehatan.Workshop dibuka secara resmi oleh Bayu Teja Muliawan, Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Ekonomi Kesehatan, bersama Roderick Salenga, Team Lead Health System WHO Indonesia. Dalam sambutannya, Bayu menekankan pentingnya indikator SDG 3.8.2 bagi Indonesia karena mencerminkan sejauh mana masyarakat terlindungi dari beban biaya kesehatan.“Indikator ini bukan sekadar angka, tetapi cerminan nyata perlindungan masyarakat terhadap risiko finansial akibat sakit. Pemahaman bersama atas metodologi baru ini penting agar kebijakan perlindungan finansial dapat lebih efektif dan berkeadilan,” ujarnya.Roderick Salenga menambahkan bahwa kerja sama antara pemerintah dan WHO dalam memperkuat pemantauan perlindungan finansial menjadi langkah penting untuk memastikan “no one left behind” dalam pencapaian Universal Health Coverage (UHC).Metodologi baru SDG 3.8.2 kini berfokus pada pengeluaran kesehatan yang melebihi 40% dari anggaran diskresioner rumah tangga, menggantikan ambang batas 10% dan 25% pada metode sebelumnya. Pendekatan ini dinilai lebih sensitif terhadap kondisi rumah tangga berpendapatan rendah dan memungkinkan perbandingan antarnegara yang lebih akurat.Workshop ini dihadiri oleh perwakilan dari Bappenas, Kementerian Keuangan, BPS, BPJS Kesehatan, DJSN, Sekretariat SDG serta mitra pembangunan seperti World Bank, ADB, dan ThinkWell Indonesia. Dari WHO hadir Gabriella Flores-Pentzke Saint-Germain (Senior Health Economist, WHO HQ), Annie Chu (Coordinator Health Policy and Strategy), dan Alia Cynthia Luz (Health Economist) dari WHO WPRO dan tim WHO Indonesia.Selama dua hari, peserta membahas hasil perhitungan awal Indonesia, tren pengeluaran out-of-pocket, serta arah kebijakan untuk memperkuat perlindungan finansial. Diskusi dalam workshop menyoroti bahwa tantangan utama Indonesia saat ini bukan lagi soal cakupan pembiayaan, melainkan keadilan dan kesiapan layanan kesehatan. Pemerintah telah menanggung iuran bagi masyarakat miskin dan rentan melalui subsidi, namun sebagian masyarakat masih harus mengeluarkan pengeluaran langsung (out-of-pocket/OOP) untuk mendapatkan pelayanan. Untuk menjawab pertanyaan “mengapa” hal ini masih terjadi, diperlukan eksplorasi lebih mendalam terhadap hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang rutin dilakukan oleh BPS, guna memahami perilaku, hambatan, dan persepsi masyarakat terhadap akses layanan kesehatan.Staf Khusus Menteri Bidang Pembiayaan Kesehatan menambahkan,“Dengan memberikan intervensi yang lebih tepat pada kelompok masyarakat 40% berpengeluaran terbawah, kita dapat meminimalisir OOP dan memperkuat perlindungan finansial,” ujarnya.Menutup sesi diskusi, Emmy Ridhawaty, Ketua Tim Kerja Analisis Belanja Kesehatan yang juga menjadi moderator, menyampaikan pesan kunci: “Perlindungan finansial adalah esensi dari UHC. Jangan sampai ada masyarakat yang jatuh miskin karena berobat.”Bayu Teja Muliawan menutup kegiatan dengan menegaskan, “Revisi metodologi SDG 3.8.2 memberikan potret yang lebih akurat terhadap kerentanan finansial rumah tangga miskin di Indonesia. Hasil ini perlu dimanfaatkan untuk memperkuat kebijakan yang lebih tepat sasaran dan berkeadilan. Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi yang lebih kuat antar lembaga,” pungkasnya. 

Menkes Dorong Peningkatan Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Melalui Teknologi

Bandung, 4 Maret 2022 – Melihat potensi perkembangan teknologi kesehatan dalam negeri, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan optimis Indonesia dapat menjawab tantangan dan potensi dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dengan mengandalkan teknologi. “Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk mendorong lahirnya inovasi baru di bidang kesehatan termasuk bioteknologi dan teknologi kesehatan,” kata Menkes Budi dalam sambutannya secara virtual pada Roadshow Ecosystem Meet-up 2022 di Bandung, Jumat (4/3).Seperti inovasi tele-kesehatan (telemedicine) yang berkembang secara pesat dengan didukung oleh pemanfaatan potensi penetrasi internet di Indonesia, yaitu sebesar 76,8 persen. Industri bioteknologi modern terkini juga telah banyak berkontribusi dalam aspek pencegahan, diagnosis, hingga pengobatan penyakit.Menurut Menkes Budi, berbagai potensi tersebut harus diintegrasikan yang didukung dengan skenario jangka panjang untuk memastikan pertumbuhan ekosistem health-tech dan bio-tech berkelanjutan. Salah satunya melalui regulatory sandbox.“Kementerian Kesehatan sedang menyiapkan regulatory sandbox untuk menjembatani kebutuhan pengembang inovasi dengan regulator kesehatan sekaligus memberikan jaminan kepada investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan rintisan,” tegas Menkes Budi.Ecosystem Meet-up: Ajang Temu Para Inovator Teknologi KesehatanRoadshow Ecosystem Meet-up merupakan bagian dari rangkaian Health Innovation Sprint Accelerator 2022 yang diselenggarakan oleh Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (DTO Kemenkes) mulai tanggal 2 sampai 17 Maret 2022 di Medan, Bandung, Surabaya, Makassar dan diakhiri dengan demo day di Jakarta.Ajang temu para inovator teknologi kesehatan ini diikuti oleh 15 peserta terpilih dari 105 tim yang diseleksi berasal dari startup, penyedia fasilitas kesehatan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, hingga industri kesehatan di Indonesia.“Melalui acara ini, Kemenkes ingin mendorong kolaborasi dan menggandeng berbagai stakeholders untuk memastikan berjalannya digitalisasi dan pengembangan teknologi kesehatan di Indonesia,” kata Chief of DTO Kemenkes, Setiaji.Berkaca dari pesatnya perkembangan fintech pasca krisis ekonomi di tahun 1998, Setiaji juga mengungkapkan optimisnya hal yang sama juga akan terjadi dengan teknologi kesehatan di Indonesia.“Belajar dari krisis kesehatan pandemi COVID-19 ini, saya juga berharap hal tersebut juga terjadi pada teknologi kesehatan hingga muncul unicorn baru dari bidang health-tech dan bio-tech,” kata Setiaji.Berita ini dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi Digital Transformation Office (DTO), Kementerian Kesehatan RI. Hotline COVID-19, PeduliLindungi, dan telemedisin Isoman hubungi WhatsApp Kemenkes RI pada nomor 0811 1050 0567, email [email protected], Call Center 119 ext. 9Artikel ini telah disiarkan sebelumnya pada xxx melalui website dto.kemkes.go.id oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi-Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (Pusdatin-TTDK), Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567 atau email [email protected].

Setelah Luncurkan Sinakes, Ini Rencana Kemenkes dalam Transformasikan Data Nakes

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Digital Transformation Office (DTO) baru-baru ini merilis platform Sistem Integrasi Tenaga Kesehatan (Sinakes) yang berfungsi sebagai data management tools untuk mengakses data tenaga kesehatan (nakes) yang tersedia pada platform Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SI-SDMK) di Jakarta, Sabtu (11/3).Inovasi yang telah dikembangkan sejak 2022 lalu ini menjadi bagian dari upaya Kemenkes RI dalam pemenuhan dan pemerataan nakes di Indonesia. Melalui Sinakes, informasi ketersediaan nakes di berbagai daerah dapat diketahui secara near real-time."Sinakes merupakan platform untuk menyediakan data dan informasi terkait jumlah tenaga kesehatan di Indonesia, baik yang masih aktif bekerja maupun tidak dengan mengandalkan penerbitan SIP dan STR," kata Chief DTO, Setiaji.Setiaji juga menjelaskan, melalui Sinakes, kebutuhan nakes di tiap daerah dapat terpetakan. Sehingga dapat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan nakes di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.“Hal tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan menambah jenis data melalui integrasi SI-SDMK dengan data yang dimiliki oleh berbagai asosiasi profesi hingga perguruan tinggi. Tentunya, hal ini membutuhkan upaya lebih lanjut dengan berbagai pihak,” kata Setiaji.Menteri Kesehatan RI, Budi G. Sadikin, nantinya diharapkan Sinakes juga tidak hanya dimanfaatkan untuk pemetaan jumlah nakes oleh Kemenkes RI, namun manfaatnya juga dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.“Misalnya, nanti dengan mengakses SATUSEHAT Mobile, masyarakat dapat mengetahui dokter spesialis yang tersedia di wilayah terdekatnya. Pengembangan juga tetap mengedepankan perlindungan data pribadi untuk melindungi privasi dan keamanan data bagi tenaga kesehatan tersebut,” kata Setiaji.Di sisi lain, DTO juga telah melahirkan berbagai inovasi untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi nakes. Yaitu ada Platform Digital Pembelajaran Kemenkes RI (Plataran Sehat) dan Sistem Informasi Program Internsip Dokter dan Dokter Gigi Indonesia (SIMPIDI 2.0).Dalam pengembangannya ke depan, Setiaji menjelaskan, nakes dapat mengakses Plataran Sehat dan SIMPIDI 2.0 hanya melalui satu portal, “Layaknya LinkedIn di bidang kesehatan. Melalui portal tersebut, nakes dapat memperbarui data profesi, mengakses pelatihan, mencari informasi lowongan pekerjaan dan fitur-fitur yang bermanfaat lainnya.”Artikel ini telah disiarkan sebelumnya pada 17 Maret 2023 melalui website dto.kemkes.go.id oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi-Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (Pusdatin-TTDK), Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567 atau email [email protected].

Kemenkes Dorong Nakes Lakukan Pengkinian Data Mandiri Lewat Web

Dalam rangka mewujudkan transformasi sumber daya manusia di bidang kesehatan, Kementerian Kesehatan RI mendorong seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan (Nakes) untuk segera melakukan pengkinian data secara mandiri melalui Portal Informasi Tenaga Kesehatan yang terintegrasi dengan SATUSEHAT. Kesempatan tersebut akan dibuka hingga 11 Desember 2022."Mulai hari ini, Portal Informasi Tenaga Kesehatan dibuka untuk seluruh profesi tenaga medis dan Nakes di Indonesia. Saya berharap kesempatan pengkinian data secara mandiri ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendukung upaya Kemenkes dalam melakukan transformasi digital di bidang kesehatan," kata Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kemenkes, drg. Arianti Anaya, MKM.Sebelumnya, sejak September 2022 lalu, kesempatan untuk pengkinian data secara mandiri juga telah dibuka, namun masih terbatas hanya untuk Nakes yang berprofesi sebagai dokter dan dokter gigi.Selama satu bulan ke depan, seluruh tenaga medis dan Nakes diberikan kesempatan untuk melakukan pengkinian data di Portal Informasi Tenaga Kesehatan yang dapat diakses melalui situs nakes.kemkes.go.idArianti menjelaskan, dengan melakukan pengkinian data, tenaga medis dan Nakes akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain, mendapatkan akses ke program pemerintah secara cepat dan tepat, terdaftar sebagai tenaga medis dan Nakes yang bekerja di fasilitas kesehatan yang terintegrasi dengan platform SATUSEHAT, serta nantinya dapat mengakses layanan Single Sign On (SSO) di Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SI-SDMK) yang telah terintegrasi."Dengan terdata pada SISDMK, juga akan memudahkan pendataan untuk pendaftaran PPPK bagi tenaga kesehatan yang bukan Aparatur Sipil Negara," ujar drg. Anaya.Untuk melakukan pengkinian data secara mandiri, tenaga medis dan Nakes dapat mengikuti beberapa tahapan berikut ini: Akses website nakes.kemkes.go.id Cek data Anda dengan memilih jenis Nakes dan profesi serta masukkan NIK, nama dan tanggal lahir Kemudian Anda akan diminta untuk melengkapi data seperti data diri, informasi pendidikan, keanggotaan organisasi profesi, informasi kepemilikan STR, dan SIP Periksa kembali dan pastikan seluruh data yang Anda isi sudah benar. Selanjutnya klik “Simpan” untuk melakukan pengkinian dataBagi tenaga medis dan Nakes yang mengalami kendala selama pengisian data, dapat menghubungi Halo Kemenkes di nomor 1500-567 atau melalui email [email protected] ini telah disiarkan sebelumnya pada 14 November 2022 melalui website dto.kemkes.go.id oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi-Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (Pusdatin-TTDK), Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567 atau email [email protected].

Dorong Pemerataan Nakes, DTO Selenggarakan Design Sprint SDMK

Transformasi digital menjadi visi besar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI di tahun 2024. Salah satunya di bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK), yang menjadi kunci transformasi digital sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan.Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum adanya integrasi dan sinkronisasi sistem informasi kesehatan pusat dan daerah. Oleh karenanya, Kementerian Kesehatan, melalui Digital Transformation Office (DTO) menyelenggarakan workshop Design Sprint Sumber Daya Manusia Kesehatan 2022 bersama para stakeholders pada 23-25 Mei 2022.Kami mengundang direktorat dan dinas di Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, hingga berbagai asosiasi profesi kesehatan seperti Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk hadir dalam kegiatan tersebut.Selama tiga hari, DTO dan para stakeholders merumuskan solusi dari berbagai masalah dan kebutuhan SDMK saat ini. Secara teknis, workshop disusun dalam timeline yang jelas dan dijalankan secara efisien dengan memaksimalkan informasi dari sumber daya yang ada. Tujuannya, agar gambaran produk yang dihasilkan nanti dapat segera terlihat dan dibangun berdasarkan kesepakatan bersama dan dilakukan secara transparan.Penasaran tentang apa sih produk yang akan dikembangkan DTO dan bagaimana proses berjalannya workshop ini? Yuk, baca artikel ini sampai habis!Pandemi COVID-19 Dorong Percepatan Transformasi Digital SDMKKetidakmerataan fasilitas dan tenaga kesehatan menjadi tantangan terbesar pelayanan kesehatan di Indonesia. Situasi ini semakin jelas terlihat ketika situasi pandemi COVID-19 mencapai puncaknya di bulan Juli 2020. Banyak pasien yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal karena keterbatasan dokter dan jumlah tempat tidur.Metta Anggraini, Head of Tribe SDMK DTO Kemenkes RI, mengatakan bahwa, “Pandemi menjadi pembelajaran penting bagi kita untuk memiliki data yang terpusat dan reliable terkait ketersediaan dan kebutuhan SDMK untuk menyiapkan diri pada masa krisis ke depan maupun kebutuhan pelayanan kesehatan di masyarakat saat ini.”Untuk mengetahui permasalahan terkait SDMK, DTO mengadakan jajak pendapat bersama tenaga kesehatan yang memiliki pengalaman dalam mengurus sertifikasi tenaga kesehatan. “Kami telah mengajak para mahasiswa dan tenaga kesehatan berdiskusi seminggu sebelum workshop diselenggarakan. Hal ini untuk mengetahui kendala yang mereka alami dalam mendapatkan sertifikasi,” jelas salah satu fasilitator workshop sekaligus Product Design Manager DTO, Dave Airel Benson.Hasilnya, sebagian besar merasa informasi yang mereka peroleh dalam proses pengurusan dokumen sertifikasi masih kurang jelas dan lengkap. Kendala lainnya juga mereka alami, seperti keterbatasan waktu, koneksi internet, hingga biaya dalam mengurus sertifikasi. Selanjutnya hasil FGD tersebut dibahas dalam workshop.Pada hari pertama workshop, para stakeholders juga membahas dan penyamaan persepsi terkait tujuan membangun platform integrasi data tenaga kesehatan dan pemetaan masalah lainnya terkait SDM Kesehatan.Setelah tujuan dan pemetaan masalah ditentukan, stakeholders melanjutkan pembahasan dan menentukan masalah prioritas yang akan dirumuskan solusinya secara bersama-sama pada hari kedua. Diantaranya bagaimana cara membuat platform yang user friendly, mekanisme penginputan data, sinkronisasi data antar institusi, interoperabilitas data dan lain sebagainya.Hari ketiga, menentukan wireframe, sebuah kerangka yang dapat memberikan gambaran kasar (low-fidelity) setiap halaman yang terdapat dalam sebuah platform sebelum DTO memasuki tahapan development. Pada proses ini juga ditentukan apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan setiap fungsi dalam platform. Workshop yang diselenggarakan selama tiga hari ini dirancang untuk mendorong partisipasi langsung para stakeholders sebagai peserta untuk terlibat dalam menentukan arah pembuatan platform integrasi data tenaga kesehatan ini. Hal ini didukung dengan pendekatan dan tools yang digunakan DTO selama workshop berlangsung.Antusiasme juga diungkapkan oleh para peserta. Salah satunya diungkapkan oleh Ketua Tim Kerja Humas dan Informasi Ditjen Tenaga Kesehatan Kemenkes RI, Hery Hermawanto, “Acara ini sangat fresh dan terbilang sukses dalam memfasilitasi proses pembahasan dari hulu ke hilir tentang bagaimana kita akan membangun integrasi platform data tenaga kesehatan kedepan.”Sebagai tindak lanjut dari workshop ini, DTO akan membuat prototype platform hingga melakukan beberapa kali testing. Di sisi lain, masing-masing institusi yang hadir juga berbagi tugas hingga platform integrasi data tenaga kesehatan nanti dapat segera diimplementasikan.“Kedepan DTO akan membantu memfasilitasi untuk mengintegrasikan seluruh aplikasi dan data tersebut ke dalam satu platform integrasi data tenaga kesehatan. Sehingga kita dapat memiliki sumber informasi tunggal mengenai tenaga kesehatan. Mulai dari sebaran tenaga kesehatan dan medis hingga berbagai fasilitas pengembangan profesi yang dapat dimanfaatkan oleh SDMK kita di Indonesia,” ucap Metta.Artikel ini telah disiarkan sebelumnya pada 14 Juni 2022 melalui website dto.kemkes.go.id oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi-Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (Pusdatin-TTDK), Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui hotline 1500-567 atau email [email protected].