Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025: Menguatkan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pembangunan Kesehatan Nasional

Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2025, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan upacara peringatan dengan mengusung tema nasional “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya”. Peringatan ini menjadi momentum strategis untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur Pancasila dan relevansinya dalam membangun sektor kesehatan yang adil, inklusif, dan berkeadilan sosial.Pancasila sebagai dasar negara memiliki peran penting dalam membentuk arah kebijakan kesehatan masyarakat. Nilai-nilai seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi landasan dalam menghadirkan pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas. Prinsip kesetaraan akses terhadap layanan kesehatan tanpa diskriminasi mencerminkan pengamalan nilai kemanusiaan, sementara semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor dalam menangani isu-isu kesehatan menjadi wujud nyata dari nilai persatuan bangsa.Upacara peringatan dilaksanakan pada Senin, 2 Juni 2025 pukul 07.00 WIB di Lapangan Upacara Kementerian Kesehatan, dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, selaku inspektur upacara. Kegiatan ini dihadiri oleh para pimpinan unit kerja, seluruh pegawai, serta perwakilan UPT Kementerian Kesehatan.Sebagai bagian dari simbolisasi peringatan tahun ini, logo resmi Hari Lahir Pancasila 2025 ditampilkan sebagai elemen utama dalam rangkaian acara. Logo ini memuat nilai-nilai filosofis yang kuat, menggambarkan semangat nasionalisme, pendidikan, dan karakter bangsa melalui elemen-elemen visual berikut: Ilustrasi Manusia dan Segitiga Emas ke Atas Melambangkan karakter manusia sebagai pusat pembangunan bangsa, dengan warna emas sebagai simbol kejayaan dan harapan masa depan. Pilar Lima Tiang Mewakili lima sila Pancasila sebagai pondasi kokoh kehidupan berbangsa dan bernegara. Buku Terbuka Menggambarkan semangat pembelajaran, kemerdekaan, serta pentingnya pendidikan Pancasila sejak dini secara berkelanjutan. Kementerian Kesehatan terus mendorong pengintegrasian nilai-nilai Pancasila ke dalam kebijakan dan program kesehatan. Hal ini tercermin dalam upaya pemerataan akses layanan kesehatan, penguatan sistem layanan berbasis komunitas, serta penyelenggaraan tata kelola yang transparan dan akuntabel. Kebijakan tersebut menjadi manifestasi dari nilai keadilan sosial dan cita-cita luhur dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.Melalui peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini, Kementerian Kesehatan menegaskan kembali komitmennya untuk menjadikan Pancasila sebagai fondasi dalam memperkuat sistem kesehatan nasional, sekaligus mempererat semangat persatuan dan gotong royong dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan. Semangat ini diharapkan terus menginspirasi seluruh insan Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat, tangguh, dan sejahtera.

Konsolidasi PMO Kementerian Kesehatan: Menguatkan Peran Strategis dalam Transformasi Kesehatan

Jakarta, Mei 2025 — Kemenkes Corporate University (Kemenkes CorpU) menggelar kegiatan Konsolidasi Project Management Office (PMO) pada Jumat (16/5) sebagai langkah strategis untuk memperkuat sinergi, koordinasi, dan efektivitas peran PMO dalam mengawal agenda transformasi sistem kesehatan nasional.Bertempat di Aula Siwabessy Kementerian Kesehatan, kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan, Sekretaris Jenderal, pejabat eselon I dan II, serta 103 anggota PMO dari seluruh unit eselon I di lingkungan Kemenkes. Turut hadir sebagai narasumber ahli Chalid Tamimi seorang principal consultant dalam  Project Portfolio Management area, specialist in PMO development yang sejak tahun 2024 telah memberikan pelatihan kepada para PMO dan Ketua Tim Kerja di Kemenkes. Dalam sambutannya, Wakil Menteri Kesehatan RI, menekankan bahwa PMO bukan sekadar pengelola proyek, tetapi adalah katalisator perubahan dan penjaga semangat transformasi. “PMO adalah penggerak sistem, pemecah kebuntuan, dan penjaga nyala transformasi. Mereka ibarat kompas di tengah kabut, memberikan arah dan menyalakan semangat di lapangan,” ujarnya dengan penuh apresiasi.Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemenkes menggarisbawahi pentingnya memperkuat fungsi PMO sebagai strategic partner yang memiliki peran aktif dalam manajemen risiko, analisis perubahan, hingga pemberian masukan berbasis data. “PMO harus menjadi problem solver, enabler, dan agen integrasi yang memastikan eksekusi berada pada jalur transformasi,” tegasnya.Dalam kegiatan ini, turut disosialisasikan PMO Playbook, pedoman operasional PMO oleh Biro Organisasi dan SDM. Selain itu, Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan menyampaikan penjabaran peran PMO dalam koordinasi dan monitoring target program, sementara Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur menyampaikan rencana penguatan kompetensi melalui pelatihan terstruktur, termasuk pemanfaatan platform LMS dan MOOC.Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur menyoroti bahwa PMO telah menjadi bagian krusial dalam percepatan pencapaian target organisasi. “PMO yang hebat bukan hanya mencatat progres, tapi menciptakan momentum,” ujarnya, seraya menyampaikan harapan agar forum ini menjadi ajang refleksi bersama atas pencapaian dan tantangan yang dihadapi.Diskusi dan sesi berbagi pengalaman antar PMO juga menjadi bagian penting dari acara, guna menghimpun masukan dari lapangan serta merumuskan langkah strategis ke depan.Dengan terselenggaranya konsolidasi ini, Kementerian Kesehatan berharap dapat membangun ekosistem kerja yang lebih kolaboratif, agile, dan berdampak, menjadikan PMO sebagai tulang punggung transformasi berkelanjutan menuju sistem kesehatan Indonesia yang lebih kuat dan responsif.

Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Kemenkes bekerjasama dengan BBPK Jakarta Gelar Workshop Implementasi Budaya Kerja

Jakarta, Mei 2025 — Dalam rangka mendukung transformasi kesehatan, Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur (P2KA) Kementerian Kesehatan menggelar Workshop Implementasi Budaya Kerja Menuju Pelayanan Prima pada tanggal 06, 08, dan 09 Mei 2025. Kegiatan ini menjadi bagian dari pelaksanaan pilar ketujuh transformasi Kementerian Kesehatan, yaitu transformasi internal, dengan mengimplementasikan nilai-nilai budaya kerja baru Kemenkes di seluruh unsur yang ada di BBPK Jakarta. Workshop yang digelar di BBPK Jakarta ini diikuti oleh seluruh unsur di lingkungan BBPK Jakarta, termasuk petugas outsourcing, ASN, hingga jajaran manajemen. Kegiatan difasilitasi oleh tim internal BBPK Jakarta serta fasilitator eksternal dari Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur (P2KA) Kementerian Kesehatan. Kepala BBPK Jakarta membuka secara resmi kegiatan ini, yang bertujuan meningkatkan pemahaman pegawai terhadap nilai-nilai budaya kerja baru, mendorong kinerja pelayanan publik yang lebih baik, dan mendukung terciptanya birokrasi yang lebih adaptif, akuntabel, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.     Agenda kegiatan meliputi sosialisasi empat modul budaya kerja Kemenkes, sesi role play, diskusi, serta pendampingan penyusunan rencana kerja implementasi budaya kerja. Workshop juga terintegrasi dengan sistem pembelajaran daring melalui platform Learning Management System Plataran Sehat (LMS) Kemenkes.Di penghujung kegiatan, seluruh divisi menyatakan komitmen bersama untuk mengimplementasikan nilai-nilai budaya kerja baru dalam setiap aktivitas kerja. Evaluasi kegiatan yang dikumpulkan dari peserta dan 5 fasilitator menunjukkan tingginya antusiasme dan kepuasan terhadap jalannya pelatihan.Kegiatan ini diharapkan menjadi titik tolak perubahan budaya kerja di lingkungan BBPK Jakarta, sejalan dengan arah kebijakan Kementerian Kesehatan menuju Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat. 

Pengumuman Hasil Akhir Seleksi Mutasi PNS Unit Pelaksana Teknis di Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes

 

Pesan Kesehatan Bagi Jemaah Haji Indonesia

Jemaah haji Indonesia bersama dengan setidaknya 2 juta umat muslim yang datang dari berbagai penjuru dunia secara berangsur-angsur telah hadir di Makkah Al-Mukarramah untuk melaksanakan puncak ibadah haji yang akan berlangsung di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Hal tersebut berdampak pada tingginya kepadatan massa, dan diiringi dengan suhu udara panas yang akan memasuki puncaknya di bulan Juni tahun ini, disertai dengan kelembaban udara yang rendah. Hal tersebut tentu sangat berpotensi menimbulkan dampak terhadap masalah kesehatan para Jemaah haji.Masalah kesehatan yang paling sering terjadi karena adanya tingkat kepadatan massa adalah adanya potensi penularan penyakit, trauma akibat berdesakan, maupun stress/rasa cemas akibat berhimpitan ditengah orang banyak atau khawatir akan terpisah dari rombongan. Saat ini penyakit-penyakit yang timbul akibat adanya kepadatan ini terutama penyakit menular seperti ISPA sudah semakin meningkat. Dimana pada kelompok orang tertentu, penyakit ISPA tersebut dapat berlanjut menjadi radang paru atau pneumonia yang lebih parah. Sedangkan pneumonia saat ini merupakan penyakit terbanyak yang menyebabkan Jemaah haji harus menjalani perawatan lebih lanjut di Rumah Sakit Arab Saudi.Oleh karena itu, untuk mengurangi berbagai macam resiko kesehatan dihimbau kepada para Jemaah haji untuk: Perbanyak istirahat pada saat sudah tiba di Makkah. Menghindari aktivitas di luar hotel termasuk umrah pada waktu terik matahari, yaitu antara pukul 10 pagi hingga 4 sore. Minum air putih atau zamzam yang cukup dan jangan menunggu haus. Upayakan minum 1 gelas (200 cc) setiap jam saat jemaah haji melakukan aktivitas di luar. Untuk mengurangi penularan penyakit, agar senantiasa menggunakan masker ketika melakukan aktivitas di luar hotel, terutama pada saat menderita batuk/pilek. Khusus bagi lansia dan penderita penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes dan penyakit jantung, agar istirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri untuk melaksanakan aktivitas ibadah yang bersifat fisik seperti umrah sunah berulang kali. Utamakan ibadah-ibadah yang ringan tapi nilainya tidak kalah mulia disisi Allah, seperti berzikir, bersedekah ataupun membaca Al-Qur’an. Bagi Jemaah lansia dan yang memiliki penyakit komorbit ketika harus menjalani rukun dan wajib haji, dihimbau untuk mengambil rukshah (keringanan) dalam pelaksanaan ibadah misalnya menggunakan kursi roda pada saat tawaf ataupun sa’i. Serta selalu mendapat pendampingan oleh sesama jemaah di kloternya yang usianya lebih muda atau lebih sehat ketika beraktivitas diluar. Lakukan konsultasi kesehatan kepada dokter kloter minimal satu kali dalam satu minggu, minum obat secara teratur sesuai dosis. Apabila ada keluhan agar segera menghubungi petugas kesehatan di kloter.Diharapkan Jemaah haji secara mandiri agar menjaga kesehatannya demi kelancaran ibadah selama di Tanah Suci. Semoga Allah memberikan kesehatan dan melindungi Jemaah haji sehingga dapat menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji dan juga kembali ke kampung halaman dengan kondisi yang sehat dan mendapatkan haji mabrur.