Jakarta, 11 November 2025 — Di era ketika data mengalir lebih cepat dari kata, perpustakaan kini tak lagi sekadar tempat menyimpan buku, melainkan pusat pengetahuan yang terus beradaptasi dengan perubahan zaman.
Semangat inilah yang dihidupkan dalam Pemilihan Perpustakaan Berinovasi 2025, kegiatan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Kementerian Kesehatan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-61.
Dengan tema “Dampak Penggunaan Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Peningkatan Layanan Perpustakaan”, ajang ini menjadi wujud nyata komitmen Kemenkes dalam menghadirkan layanan informasi yang modern, inklusif, dan berorientasi pada kepuasan pemustaka.
Lebih dari sekadar lomba, kegiatan ini adalah ruang bagi para pengelola perpustakaan untuk berbagi inspirasi—tentang bagaimana teknologi, ketika berpadu dengan empati, mampu memperkuat peran literasi kesehatan di Indonesia.
“Teknologi hanyalah alat, tapi semangat pelayananlah yang membuat perpustakaan tetap bernyawa. Dengan kecerdasan buatan, kita membuka jalan menuju pelayanan informasi yang lebih cepat, tepat, dan manusiawi”, ujar Aji Muhawarman, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan.
Sejak tahap pendaftaran dibuka pada akhir Oktober 2025, semangat berinovasi mengalir dari berbagai penjuru Indonesia. Perpustakaan di lingkungan Kementerian Kesehatan—mulai dari rumah sakit, politeknik kesehatan, hingga unit utama—berkumpul dalam satu semangat yang sama: mempersembahkan karya terbaik untuk kemajuan literasi dan pelayanan informasi kesehatan.
Setiap karya yang dikirimkan, baik dalam bentuk makalah maupun video inovasi berdurasi dua menit, menjadi cerminan kreativitas dan dedikasi para pengelola perpustakaan. Mereka menyoroti beragam penerapan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia kepustakawanan—mulai dari sistem rekomendasi bacaan berbasis data, layanan chatbot interaktif bagi pemustaka, hingga analisis perilaku pengguna untuk menciptakan layanan yang lebih personal dan efisien.
Proses penjurian dilakukan secara cermat dan independen oleh juri yang berasal dari Perpustakaan Nasional RI yakni Kepala Pusat Pembinaan Pustakawan Agus Sutoyo, Ketua Prodi Pascasarjana Ilmu Perpustakaan dan Kajian Informasi, FIB Universitas Indonesia Muhamad Prabu Wibowo, Ph.D., dan Pejabat Fungsional Adminkes Ahli Madya, Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Kemenkes Dwi Novita Indikasari, MPsi, Psi. Para juri menilai setiap inovasi berdasarkan kreativitas, dampak, relevansi, dan keselarasan dengan budaya kerja baru Kemenkes.
Dari hasil penilaian tersebut, juri menetapkan perpustakaan terbaik yang dinilai berhasil menghadirkan inovasi bermakna dan transformasi nyata dalam layanan informasi. Nama-nama pemenang akan diumumkan secara resmi pada Puncak Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-61, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kerja keras seluruh peserta dalam menghidupkan semangat perubahan di bidang literasi kesehatan.
Lebih dari hasil penjurian, Perpustakaan Berinovasi 2025 adalah perjalanan menuju transformasi. Penerapan kecerdasan buatan memungkinkan pustakawan membaca kebutuhan pengguna dengan lebih akurat, merekomendasikan bahan bacaan yang relevan, hingga membantu pemustaka dengan layanan daring yang responsif dan ramah. Namun di balik kecanggihan itu, tetap ada sentuhan manusia—pustakawan yang belajar, beradaptasi, dan berinovasi dengan hati.
“AI membuka peluang tanpa batas, namun yang menjaga arah perubahan adalah nilai kemanusiaan pustakawan. Di situlah harmoni antara teknologi dan empati menemukan wujudnya,” tutur Agus Sutoyo, Ketua Tim Juri Pemilihan Perpustakaan Berinovasi 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya Biro Komunikasi dan Informasi Publik untuk memperkuat transformasi internal Kemenkes, khususnya pada klaster Public Awareness and Knowledge Sharing. Melalui inovasi di bidang kepustakawanan, Kementerian Kesehatan menegaskan kembali bahwa literasi adalah fondasi dari birokrasi yang cerdas—birokrasi yang tidak hanya membaca, tetapi juga memahami, menginspirasi, dan bertindak.
Dari ajang ini, setiap perpustakaan yang ikut serta menunjukkan bahwa inovasi tidak mengenal batas ruang dan waktu. Di tangan pustakawan yang berani mencoba hal baru, teknologi menjadi jembatan menuju layanan yang lebih bermakna bagi masyarakat.
Perpustakaan Berinovasi 2025 bukan hanya tentang siapa yang menang, melainkan tentang bagaimana semangat literasi, teknologi, dan kemanusiaan bersatu untuk melayani negeri. Kecerdasan buatan hanyalah alat; manusialah yang memberi arah. Dari inovasi lahir inspirasi, dan dari perpustakaan—lahirlah transformasi.
“Ketika teknologi dan pengetahuan bersatu, lahirlah pelayanan yang tak hanya cerdas, tapi juga berjiwa.”
(BM)
#PerpustakaanBerinovasi2025 #AIuntukPerpustakaan #GenerasiSehatMasaDepanHebat #PerpustakaanKemenkes #KemenkesRI #LiterasiDigitalKesehatan