Unduh Pengumuman
Laporan Kinerja Pusat Sistem dan Strategi Kesehatan
Sentul, 4 Agustus 2025Dalam upaya meningkatkan ketahanan kesehatan dalam menghadapi tanggap darurat bencana/krisis kesehatan baik di dalam maupun luar negeri, Pusat Krisis Kesehatan menyelenggarakan kegiatan "Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas Tenaga Cadangan Kesehatan Emergency Medical Team (TCK-EMT) Tipe 2 Indonesia dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Ketahanan Kesehatan." Kegiatan ini merupakan bagian dari proses sertifikasi dan klasifikasi global WHO atas TCK-EMT Tipe 2 Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 4-8 Agustus 2025 di Kota Bogor, diikuti oleh 99 peserta yang terdiri dari TCK EMT Tipe 2 Indonesia layer 2 dan 3.Kegiatan secara resmi dibuka oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya peran EMT dalam mendukung respons kesehatan di masa krisis, serta mendorong kesiapan TCK-EMT Indonesia untuk tampil di level nasional maupun internasional. Beliau juga menyoroti bahwa penguatan kapasitas ini tidak hanya penting dari sisi teknis, tetapi juga dari aspek koordinasi lintas sektor, manajemen tim, serta keselarasan dengan standar global EMT WHO.Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini berbagai pihak dari internal dan eksternal Kementerian Kesehatan, antara lain dari BNPB, WHO Indonesia, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Universitas Pertahanan, RSCM, RSUP Fatmawati, serta para pakar dan praktisi di bidang kedaruratan medis dan manajemen bencana. Materi yang disampaikan mencakup pembekalan teknis, simulasi operasional, serta peningkatan kapasitas manajerial dalam konteks penanggulangan krisis kesehatan.Kegiatan ini bertujuan agar TCK EMT Tipe 2 Indonesia dapat berkontribusi secara aktif dan profesional, tidak hanya dalam tanggap darurat di tingkat nasional, tetapi juga di kancah internasional, sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam mendukung respons kemanusiaan global. Dengan semangat kolaborasi dan kesiapsiagaan, diharapkan para peserta mampu menjadi ujung tombak dalam menjaga ketahanan kesehatan masyarakat saat terjadi krisis kesehatan.Untuk melihat video singkat pelatihan silahkan klik tautan ini.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Pusat Data dan Teknologi Informasi dan Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (Pusdatin-TTDK) menyelenggarakan Lokakarya Implementasi SATUSEHAT untuk Integrasi Data Resume Medis Rawat Jalan Fase 5-6. Kegiatan yang berlangsung pada 22-24 Juli 2025 ini menjadi upaya percepatan pengiriman data laboratorium dan radiologi dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) ke SATUSEHAT Platform.Lokakarya ini menggabungkan metode paparan, simulasi integrasi data (sandbox), diskusi kelompok, dan sesi tanya-jawab. Peserta berasal dari pengembang sistem rekam medis elektronik (RME) yang belum melakukan integrasi data laboratorium dan radiologi. Mereka difasilitasi untuk memahami dan mempraktikkan langsung pemetaan terminologi serta teknis integrasi sesuai standar interoperabilitas Kemenkes RI.Kepala Pusat Data dan Teknologi Informasi Kemenkes RI, Eko Sulistijo, dalam sambutannya menegaskan bahwa integrasi data laboratorium dan radiologi ke SATUSEHAT Platform merupakan langkah penting dalam transformasi digital kesehatan. “Melalui SATUSEHAT, kita tidak hanya melakukan digitalisasi, tapi juga meningkatkan mutu layanan dan akurasi diagnosis,” ujarnya.Eko juga menekankan bahwa masih rendahnya proporsi fasyankes yang mengirimkan data laboratorium dan radiologi ke SATUSEHAT Platform, yakni sekitar 10,9%, menjadi tantangan bersama yang perlu segera diatasi. “Ini artinya, perlu ada percepatan adopsi standar interoperabilitas, baik dari sisi teknis maupun klinis,” tambahnya.Eko berharap lokakarya ini jadi ruang belajar dan kolaborasi antar fasyankes dan pengembang RME. “Semoga forum ini mendorong sinergi untuk mewujudkan ekosistem kesehatan digital yang terintegrasi,” tutupnya.Penguatan Standar dan KolaborasiKetua Tim Kerja Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Timja SIKN) Kemenkes RI, Ismail, S.Kom, mengungkapkan tantangan teknis terbesar saat ini ada pada standardisasi data dan kompleksitas pengiriman data radiologi. Hal ini terutama terkait dengan format Digital Imaging and Communications in Medicine (DICOM).Ismail menyebut proses pemetaan data ke terminologi internasional seperti Logical Observation Identifiers Names and Codes (LOINC) juga dinilai cukup kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan pemahaman klinis, teknis, hingga komitmen jangka panjang.Variasi penamaan lokal di rumah sakit menjadi salah satu kendala, misalnya perbedaan istilah untuk pemeriksaan gula darah. “Misal, kode untuk pemeriksaan gula darah di satu rumah sakit disebut ‘GD Acak’, di sisi lain ada juga yang mencatatnya sebagai ‘Glucose R’. Perbedaan ini menyulitkan pencocokan otomatis ke kode LOINC yang spesifik,” katanya.Selain itu, granularitas LOINC kerap tidak cocok dengan detail data dari sistem rumah sakit, ditambah masih rendahnya pemahaman tentang LOINC di kalangan klinisi dan tenaga IT. Oleh karenanya, menjadi penting kolaborasi antara tim teknis dan klinisi sejak awal.Di sisi lain, Ismail juga menyoroti perlunya perbaikan dokumentasi Application Programming Interface (API), penyediaan alat bantu pemetaan LOINC dan Systematized Nomenclature of Medicine - Clinical Terms (SNOMED-CT), serta peningkatan fungsi helpdesk dan fleksibilitas API, termasuk penanganan batch dan versioning. “Pada akhirnya, komunikasi efektif antar pemangku kepentingan jadi kunci keberhasilan dari upaya integrasi ini,” pungkasnya.Dorong Pendekatan Bertahap dan Dukungan TeknisFasilitator lokakarya dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sony Suryadi, menyampaikan bahwa meskipun rata-rata peserta telah memahami alur integrasi secara mendasar, pemahaman soal data laboratorium, radiologi, dan pemetaan LOINC masih sangat terbatas. Oleh karena itu, strategi yang digunakan selama lokakarya mencakup inventarisasi data, pemetaan kolaboratif, dan validasi bertahap.Sony juga berharap adanya dokumentasi teknis yang lebih lengkap, template pemetaan awal, dan forum komunikasi formal agar proses integrasi lebih terstruktur. “Sehingga, dengan integrasi bertahap dan forum formal akan mempercepat proses yang ada,” katanya.Di sisi lain, Teguh Irawan, SE, dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Minggu, juga menilai kegiatan ini bermanfaat dalam memahami struktur Fast Healthcare Interoperability Resources (FHIR) dan Representational State Transfer (REST) API.Ia menyebut peserta cukup akrab dengan konsep teknis, namun klinisi masih belum familiar dengan terminologi LOINC dan SNOMED-CT. “Ini jadi tantangan tersendiri, karena pemetaan tidak bisa hanya dilakukan oleh tim IT,” ujarnya.Menurut Teguh, pendekatan bertahap dimulai dari pemetaan sederhana sangat membantu, terutama untuk radiologi dan pemeriksaan laboratorium tunggal. Ia juga menekankan pentingnya penggunaan REST API agar proses validasi dan pembaruan kode dapat dilakukan secara near real-time, bukan hanya melalui Excel.Dengan dukungan teknis yang menyeluruh, strategi bertahap, serta forum komunikasi yang lebih solid, Kemenkes RI optimis integrasi SATUSEHAT dapat berjalan lebih efisien. Evaluasi dan masukan dari berbagai pihak diharapkan mampu memperkuat sistem interoperabilitas dan mempercepat terwujudnya ekosistem kesehatan digital nasional yang berkelanjutan.Artikel ini disiarkan oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi-Tim Transformasi Teknologi dan Digitalisasi Kesehatan (Pusdatin-TTDK), Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui Hotline 1500-567 atau email [email protected]. #SATUSEHAT #TransformasiDigitalKesehatan #RekamMedisElektronik #Laboratorium #Radiologi
Jakarta, Agustus 2025 — Kementerian Kesehatan melalui Corporate University (Kemenkes CorpU) menyelenggarakan Webinar Checkpoint dan Monitoring-Evaluasi (Monev) Program Buddy bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2025. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari upaya memastikan efektivitas proses onboarding serta mendampingi adaptasi CPNS selama masa orientasi. Webinar dilaksanakan pada minggu ke-8 sejak CPNS mulai bertugas, dan menjadi bagian dari strategi penguatan pembelajaran berbasis pengalaman di lingkungan Kementerian Kesehatan.Sejak awal penempatan kerja, setiap CPNS didampingi oleh seorang buddy, yaitu pegawai senior yang ditunjuk untuk memberikan bimbingan, dukungan moral, serta menjadi rekan diskusi dan refleksi dalam menjalani tugas awal. Program ini bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif, adaptif, dan suportif.Sejak diluncurkan dua bulan lalu, Program Buddy telah melibatkan lebih dari 1.500 pasangan buddy–CPNS yang tersebar di unit kerja pusat, daerah, rumah sakit vertikal, dan Poltekkes. Pelaksanaan webinar bertujuan untuk: Melihat progres dan pengalaman CPNS dalam menjalani masa adaptasi; Mendengarkan pengalaman langsung dari buddy dan CPNS mengenai tantangan yang dihadapi serta praktik baik yang telah dilakukan atau ditemukan selama pelaksanaan program; Mengidentifikasi area perbaikan dan inovasi dalam penguatan Program Buddy ke depan. Hasil pelaksanaan menunjukkan bahwa mayoritas CPNS merasa terbantu secara emosional dan teknis berkat keberadaan buddy. Peran buddy dinilai krusial dalam mempercepat pemahaman terhadap alur kerja dan budaya organisasi, bahkan beberapa di antaranya telah berperan sebagai mentor bagi CPNS.Meskipun demikian, diperlukan penguatan kapasitas para buddy agar proses pendampingan dapat dilakukan secara lebih sistematis. Selain itu, peserta juga mengusulkan perlunya panduan refleksi dan checkpoint berkala yang terintegrasi dalam sistem digital pembelajaran.Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur (P2KA) menegaskan bahwa Program Buddy tidak hanya merupakan program penyambutan CPNS semata, melainkan bagian dari ekosistem pembelajaran berkelanjutan di Kementerian Kesehatan.Sebagai tindak lanjut, Kemenkes CorpU akan menyusun modul pelatihan khusus bagi para buddy, mengembangkan template checkpoint reflektif yang seragam, serta memperkuat sistem pelaporan berbasis platform digital pembelajaran.#KemenkesCorpU #P2KA #BuddyCPNS #ASNBelajar
Jakarta, 19 Juli 2025 — Untuk memperingati 40 tahun kiprah Saka Bakti Husada (SBH), Perpustakaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Direktorat Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas menggelar kegiatan literasi interaktif bertajuk Bibliobattle Saka Bakti Husada Tahun 2025. Acara ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti dengan antusias oleh anggota SBH dari berbagai wilayah di Indonesia.Dengan mengusung tema “Bersahabat dengan Buku, Sehatkan Jiwa Ragamu”, Bibliobattle hadir sebagai ruang berbagi dan dialog yang mendorong generasi muda untuk menyelami makna kesehatan, baik jasmani maupun mental, melalui bacaan bermakna. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat budaya literasi kesehatan, sejalan dengan semangat SBH dalam mencetak kader-kader kesehatan yang tangguh dan berpengetahuan luas.Acara dibuka oleh MC Audi Rahmantio, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan doa bersama. Dalam sambutannya, Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas yang diwakili Theresia Rabbina penanggung jawab SBH 2025, menegaskan bahwa SBH merupakan satuan karya pramuka yang berperan penting dalam pembangunan kesehatan masyarakat. “Melalui literasi, anggota SBH tidak hanya memperluas wawasan, tetapi juga menguatkan nilai-nilai empati, peduli, dan sadar diri terhadap pentingnya kesehatan,” ujarnya.Sementara itu, Giri Inayah, Ketua Tim Kerja Perpustakaan Kemenkes RI, turut memperkenalkan konsep Bibliobattle dan menyampaikan harapan agar kegiatan ini terus menjadi wadah ekspresi positif bagi anggota muda SBH di seluruh Indonesia.Tiga peserta terpilih dari berbagai daerah tampil membawakan buku pilihan mereka yang sarat makna dan relevansi dengan kehidupan sehari-hari.Peserta pertama, Dita Putri Rimba P. dari SBH Puskesmas Tanah Kali Kedinding, membahas buku "Tentang Tubuhmu" karya dr. Gia Pratama. Dalam presentasinya, Dita mengajak audiens untuk mulai menyadari bahwa tubuh memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan pesan. Rasa lelah, nyeri, hingga pusing bukanlah musuh yang harus segera dibungkam dengan obat, melainkan sinyal yang meminta kita untuk lebih peduli. Dita menekankan pentingnya merawat tubuh melalui tidur yang cukup, makan bergizi, serta olahraga teratur. “Tubuh bukan milik kita selamanya, tapi milik kita untuk dijaga sebaik-baiknya,” ungkapnya dengan penuh refleksi.Berikutnya, Fadly Fathurrahman dari SBH Puskesmas Bojonggambir mengulas novel "Egosentris" karya Syahid Muhammad. Lewat karakter-karakter yang kompleks dan emosional, Fadly memotret persoalan kesehatan mental pada remaja—seperti trauma masa kecil, luka batin, dan pencarian jati diri. Ia menggarisbawahi pentingnya memiliki ruang aman untuk berbagi cerita, serta mengajak peserta untuk mulai mengakui bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. “Dalam tubuh yang sehat, harus tumbuh jiwa yang kuat,” katanya mengutip pepatah Latin.Penampilan terakhir disampaikan oleh Ghita Liyana dari SBH Puskesmas Jatirokeh dengan membawakan buku "Tulisan Sastra" karya TenderLova. Ghita membagikan kisah emosional tentang keluarga yang harus menghadapi kepergian salah satu anak akibat kecelakaan, serta dampak kesehatan akibat kebiasaan merokok sang ayah. Ia menyentuh audiens dengan pesan bahwa kesedihan dan kehilangan adalah hal manusiawi, namun kemampuan mengelola emosi adalah kunci menjaga kesehatan mental di tengah badai kehidupan. “Rokok bisa merenggut nyawa, dan kesedihan yang tak terkelola pun bisa melukai lebih dalam,” tuturnya.Setelah seluruh peserta menyampaikan pemaparan dan kesan terhadap acara, dilakukan voting peserta favorit secara real-time melalui tautan digital. Dari total 190 pemilih, Ghita Liyana terpilih sebagai peserta favorit Bibliobattle 2025 dan menyampaikan rasa syukurnya telah dapat mewakili SBH Puskesmas Jatirokeh.Kegiatan ditutup dengan semangat positif dan harapan besar bahwa literasi tidak berhenti pada membaca buku semata, tetapi menjadi bagian dari perjalanan menjadi pribadi yang lebih sadar, sehat, dan tangguh. Bibliobattle bukan hanya ajang kompetisi, tetapi ruang pertumbuhan bersama—untuk belajar memahami, merasakan, dan berbagi melalui kekuatan kata dan cerita.#SBH40Tahun #Bibliobattle2025 #LiterasiSehat #PerpustakaanKemenkesRIBerita ini disiarkan melalui Perpustakaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Informasi lebih lanjut hubungi kami di Instagram @perpustakaankemenkes